Wednesday, August 24, 2016

Jembatan Akar Bayang Unik dan Melegenda


Memang Minangkabau selalu memiliki pesona alamnya yang luar biasa. Percaya tak percaya terdapat sebuah jembatan yang memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dari jembatan pada umumnya. Adalah jembatan akar namanya. Jembatan ini memang menjadi salah satu destinasi yang wajib dikunjungi bila pelesiran ke Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Tepatnya di Kenagarian Puluik-Puluik, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara.

Tidak sulit untuk bisa sampai ke jembatan ini bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi baik motor atau mobil serta bus pariwisata. Dari ibu kota provinsi Sumatra Barat sekitar 80 km melalui jalur selatan Kota Padang ke arah Painan dan Muko-Muko, Bengkulu. Kemudian sampai di simpang Bayang belok kiri, perjalanan diteruskan sekitar 10 km lagi atau selama 30 menit dari jalan utama. Ikuti saja jalannya hingga sampai gapura.
                                

Sesampainya di lokasi akan disambut oleh gapura kecil ukuran yang tingginya kira-kira 2 meter dengan atap begonjong. Untuk sampai ke jembatan akar, tiap pengunjung diharuskan menuruni anak tangga terlebih dahulu dan melewati beberapa makam yang lokasinya tidak jauh dari jembatan. 

Sebelum turun pengunjung akan dikenakan biaya retribusi tiket masuk seharga Rp 5.000 dan parkir motor Rp 3.000 dan mobil Rp.5.000. Barulah pengunjung dapat menuruni 40 anak tangga ini hingga sampai di jembatan akarnya.


Sebanyak 40 anak tangga akan dilalui ketika melewati gapura menuju jembatan akar

Ada Cerita Magis Dari Terbentuknya Jembatan Akar Ini.


Sesuai dengan namanya, jembatan ini terbuat dari rangkaian akar pohon yang saling terhubung dan terangkai satu sama lainnya membentang panjang di atas aliran sungai. Terdapat dua pohon yang menjadi pondasi utama jembatan ini yaitu akar dari pohon beringin (kubang) dan pohon Jawi-Jawi. Menariknya semakin tua umur pohon ini, maka semakin kuatlah jembatan ini.

Konon, jembatan ini buah karya seorang ulama setempat yang bernama Pakih Sokan yang bergelar Angku Ketek. Kala itu, bila hujan besar sering terjadi air bah di sungai Batang Bayang sehingga murid-muridnya mengalami kesulitan untuk pergi mengaji ke tempatnya. Melihat kondisi tersebut, Pakih Sokan berinisiatif untuk membuat jembatan sederahan dari bambu untuk menghubungkan dua kampung yaitu Desa Pulut-Pulut dan Desa Lubuk Silau yang terpisah oleh arus sungai yang cukup deras. 

Pohon Jawi-Jawi
Pohon Beringin

Pakih Sokan bernazar akan menggelar ritual siram darah kambing pada akar kedua pohon yang ditanamnnya tersebut. Siapa yang menyangka dari akar pohon yang ada ditebing sungai tersebut mulai menjalar dan melilit di jembatan bambu tersebut. Akar kedua pohon beringin itu pun saling bertaut dan Pakih Sokan pun sangat bersuka cita dan menepati janjinya untuk menggelar ritual tersebut setiap tahunnya.

Kabarnya, jembatan dimulai dibangun pada tahun 1890 hingga dapat digunakan oleh masyarakat pada tahun 1916. Dengan kata lain, proses merajutnya akar membutuhkan waktu lebih kurang 26 tahun hingga akhirnya terbentuk jembatan akar seperti sekarang. Antara proses alam dan kekuatan magis membentuk jembatan akar ini.


Jembatan ini memiliki panjang 25 meter, lebar 1,5 meter serta tinggi 10 meter dari bibir sungai. Jembatan akar ini lebih panjang dari jembatan akar yang ada di Badui, Jawa Barat dan jembatan akar yang ada di Jepang. 

Jembatan ini mulai menjadi destinasi wisata sejak tahun 1992 yang buka sejak pukul 07.00 WIB dan tutup pada pukul 17.00 WIB. Hingga detik ini jembatan akar telah berumur lebih dari 100 tahun dan masih kokoh, tetap tumbuh subur dan semakin kuat. Jembatan akar biasanya bisa dilalui tidak lebih dari 10 orang.

Jembatan Akar ini Bisa Membuat Enteng Jodoh?


Entah, ada mitos dari mana pula. Jika mandi-mandi di bawah jembatan akar, maka nantinya akan enteng jodoh. Belum ada yang bisa menjawab korelasi antara jembatan akar itu dengan mitos enteng jodoh. 

Bagaimana pun juga jika mandi di sungai ini harus berhati-hati karena aliran airnya cukup deras dan banyak bebatuan besar, meskipun airnya jernih. Bisa juga nih untuk bermain arum jeram (bagi yang minat). Di bawah jembatan ini juga terdapat banyak ikan larangan yang mewarnai keindahan objek wisata ini. 

Aliran air sungai Batang Bayang yang dapat dimanfaatkan untuk olahraga arum jeram

Jembatan Akar ini Terus Terjaga dan Dibenahi


Saat ini di jembatan akar ini ditambahkan tali besi yang berfungsi untuk melindungi saat musim hujan, debit air Sungai Bayang bisa naik hingga menyentuh jembatan. Ditakutkan derasnya air dapat merusak jembatan akar apabila dibiarkan. 

Tali besi yang ada dapat mengangkat jembatan hingga melebihi debit air kala musim hujan. Selain itu juga terdapat pikakan dari kayu di atas jembatan ini agar pengunjung lebih mudah berjalan dan tidak slip atau terjatuh.


Seiring berjalannya waktu dan jembatan ini menjadi salah satu destinasi terpopuler di nagari sejuta pesona ini, maka dibangun juga jembatan gantung baru yang berwarna kuning tidak jauh dari jembatan akar untuk menggantikan fungsi jembatan akar sebagai sarana penghubung antar nagari oleh masyarakat.

Di kawasan objek wisata ini terus dibenahi dan dilengkapi dengan sarana prasaranan pendukung lainnya seperti lahan parkir, gazebo untuk bersantai, toilet, kedai penjual aneka makanan dan minuman. Meskipun tidak menjadi prioritas dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan.

Air terjun mini bertingkat- tingkat dekat jembatan akar
Saat liburan destinasi ini tetap ramai dipadati pengunjung terutama bila akhir pekan dan hari libur, begitu juga saat balimau jelang bulan Ramadan. Ingat jangan sekali-kali tinggalkan sampah. Mari saling menjaga. Cukup tinggalkan jejak dan bawa cerita saat pulang.

Jembatan akar salah satu destinasi wisata mainstream di Ranah Minang yang keindahan dan keunikannya begitu terkenal hingga ke seluruh dunia seperti Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Istana Baso Pagaruyung di Kabupaten Tanah Datar dan objek wisata lainnya.

Dibalik kisah magis dan mitosnya, pesona jembatan akar ini memang menarik perhatian banyak pengunjung. Mereka rela jauh-jauh bertandang ke Minangkabau untuk melihat secara langsung kebaradaannya serta mencoba melintasi jembatan akar terunik dan tertua di dunia ini.




————————————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.com. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.

Traveling  Explore  Journalism  Photograph  Writer  Share  Inspire

©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

2 comments: