Monday, October 13, 2014

Indahnya Pesona Alam dari Gunung Padang


Udara pagi di akhir bulan Agustus begitu segarnya. Pagi itu suasana masih cukup gelap dan dingin. Genangan air sisi hujan semalam masih basahi jalanan. Mentari masih belum sepenuhnya berikan kehangatan sinarnya. Sebagian masyarakat ada yang sudah beraktivitas dan sebagian lagi masih terlelap meringkuk bersembunyi di bawah selimut. Namun jalanan masih cukup lengang. Ya, sekarang itu weekend.

Pada 31 Agustus 2014, bersama tiga adik saya dari lain ibu yaitu Muhammad Yusuf Rasidin, M Denis dan Imam Mardhatillah, menoba untuk menikmati akhir pekan mendaki gunung di Kota Padang. Gunung? Pecaya atau tidak, Kota Padang itu mempunyai gunung loh. Bila tidak percaya mari buktikan saja. Ya, ini dia namanya Gunung Padang atau Gunuang Padang dalam bahasa Minangkabaunya.


Kota Padang memiliki keindahan alam yang tidak perlu diragukan lagi akan pesonanya, mulai dari dari suasana pantai dan pulaunya hingga panorama alam dari ketinggian. Salah satunya dapat nikmati di Gunung Padang.

Panorama Kota Padang dari Ketinggian di Gunung Padang
Gunung Padang juga menjadi ikon bagi Kota Padang sebab telah melekat pada lambang administrasi kota ini. Di kawasan ini memiliki banyak cerita dan objek wisata yang patut dijelajahi, dimulai dari kisah Siti Nurbaya, benteng dan bunker yang merupakan situs peninggalan jaman penjajahan, suasana perkampuangan nelayan, nikmatnya memancing hingga panorama alam yang menakjubkan. Begitu lengkap dan kompleksnya.

Kami pergi dari rumah dengan mengunakan kendaraan bermotor. Cukup mudah untuk mengunjunginya, dari pusat kota kira-kira lebih dari 5 km, kita bisa melewati sepanjang pesisir pantai Padang kemudian menuju arah jembatan Siti Nurbaya. Ikuti saja jalan hingga ke bawah jembatan, lurus terus dengan menyusuri tepian sungai Batang Arau hingga menuju arah Gunung Padang yang berada di muara sungai. Tepatnya berada di Kelurahan Kampung Seberang Pabayang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang.

Sesampainya dilokasi akan disambut dengan gerbang yang bertuliskan Objek Wisata Gunung Padang. Untuk setiap kendaraan yang diparkir akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp3.000 per unitnya.  Masuk ke lokasi Gunung Padang pun dengan menggunakan karcis masuk  yang harganya Rp.5000 untuk dewasa dan Rp.3000 untuk anak-anak.

Roman Siti Nurbaya dan Makam Siti Nurbaya

Jalan menuju makam Siti Nurbaya
Gunung Padang sering kali dikaitkan dengan cerita fiksi yang melegenda di masyarakat yaitu kisah cinta Siti Nurbaya. Cerita ini sebenarnya berasal dari sebuah novel karya Marah Rusli dengan judul Sitti Nurbaya, Kasih Tak Sampai yang diterbitkan pertama kali tahun 1922

Kisah Siti Nurbaya yang menjadi cerita Romeo dan Julietnya Sumatra Barat ini bercerita tentang cintanya Siti Nurbaya dengan Samsul Bahri yang harus kandas karena Siti Nurbaya dipaksa menikah dengan Datuk Maringgih.

Percaya tidak percaya di kawasan Gunung Padang ini juga terdapat sebuah makam yang dipercaya oleh masyarkat sekitar sebagai makamnya Siti Nurbaya dan puncak gunung ini juga menjadi saksi atas perjuangan cinta mereka.

Makam tersebut berada di sebuah lubang berupa celah sempit di antar dua buah batu besar dengan batu nisan yang berwarna putih dan ditutupi kain berwarna putih dan biru. Kondisi. Disekitar makam ini terdapat tulisan larangan untuk memotret.

Kawasan Gunung Padang


Sudah, lupakan sejenak tentang kisah Siti Nurbaya. Saatnya mendaki gunung. Akan beda rasanya, bila mengaki gunung yang sebenarnya. Jalan yang terjal, berbatu dan penuh rintangan. 

Lantas bagaimana dengan Gunung Padang? Sebenarnya, ini bukan berbentuk sebuah gunung namun hanya sebuah bukit yang ketinggiannya lebih dari 400 mdpl. Bisa jadi sebagai sebutan saja bagi masyarakat di Kota Padang karena di daerahnya tidak memiliki gunung.

Rute perjalanan menuju puncak tidaklah ekstrim, cukup aman dan dapat dilalui dengan berjalan kaki. Jalannya datar dan mendaki dengan jumlah ratusan anak tangga yang telah dibeton semen. Jalurnya berada di bibir bukit yang dibatasi oleh tembok pembatas sehingga aman bila dilalui.

Pembatas tembok bersemen ini hanya beberapa meter saja dan sisanya mengunakan besi, namun tidak semua jalan ada dinding pembatasnya banyak yang roboh dan hilang. Tentunya ini sangat membahayakan penunjung. Apalagi jalanan cukup lembab dan berlumut, bila tidak hati-hati bisa terpeleset sekalipun menggunakan sepatu.

Bila diukur untuk mencapai puncaknya kira-kira lebih dari 2 km.Tak perlu khawatir, meski hanya mendaki bukit. Di lokasi ini terdapat tujuh tempat isitrahat yang pemandangannya menghadap langsung ke Kota Padang.

Serunya Memancing

Perjalanan akan dimulai beberapa meter dari gerbang. Disini sebelah kiri jalan masih dapat dijumpai rumah penduduk sedangkan sebelah kanannya pemandangan muara sungai dengan segala aktivitas masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan.

Jalan disini persis di bibir tebing laut yang dibatasi oleh tembok dan besi. Dibawahnya ini langsung deburan ombak yang menghantam bebatuan. Banyak juga masyarakat memanfaatkan tepian bukit di kawasan gunung padang ini untuk memancing ikan, selain sebagai hobi juga untuk menghilangkan kepenantan.

Menuju ke bawah bukit sudah ada jalurnya, baik yang dibuat dengan jalan setapak maupun telah dibeton. Bebatuan yang dihempaskan oleh ombak dan pemandangan aktivitas nelayan yang hendak melaut menciptakan sensasi ketenangan tersendiri. Bagi yang hobi memancing tidak ada salahnya mencoba lokasi ini.

Wisata Sejarah



Di kawasan gunung padang juga akan dijumpai beberapa benteng dan bunker pertahanan hasil peninggalan zaman penjajahan Jepang plus dengan meriamnya. Sebelum melanjutkan perjalanan kita dapat berwisata sejarah terlebih dahulu dengan melihat-lihat kedalamnya atau mengabadikan gambar dengan kamera kita.

Untuk bunker pertama berdekatan dengan rumah penduduk dan digunakan untuk kandang hewan. Bunker kedua berhadapan dengan langsung kedai milik warga dan digunakan sebagai gudang. Sedangkan untuk benteng pertama bermana Pilboks Gunung Padang memiliki ruangan cukup luas, terdapat meriam besi yang besar dan dengan tipe benteng yang berbentuk empat poligon setengah lingkaran dibangun sekitar tahun 1942-1945. Benteng kedua yang memilik bentuk seperi rumah yang tertulis BOW dan memiliki dua ruangan yang tak beratap.

Bila sampai puncak akan terdapat dua bunker. Kemungkinan bila dilakukan penggalian lagi dilokasi ini akan ada banyak lagi benteng-benteng yang tersembunyi. Mengingat pada zaman dulu gunung padang dijadikan salah satu basis pertahan tepi pantai oleh penjajahan Jepang.

Mendaki Gunung Padang

Usai melihat bunker dan benteng, perjalanan mulai sedikit menanjak, disebelah kiri tidak ada lagi rumah penduduk hanya pepohonan yang lebat yang banyak dihuni oleh monyet-monyet dan sekali-kali bila beruntung akan terlihat biawak. Deburan ombak pun mulai tidak begitu terdengar.

Perlahan-lahan bila melihat sebelah kanan akan terlihat tepian Pantai Padang dan bangunan-bangunan kota yang berada di pesisir pantai. Selama perjalanan kira-kira panjangnya 3 m akan dijumpai batu kerikil yang disemen yang daapt dimanfaatkan bagi yang memiliki penyakit rematik.

Semakin jauh berjalan, maka akan semakin menanjak. Hal ini ditandai dengan adanya anak tangga yang berbeton dan panorama Kota Padang akan terlihat selama perjalanan. Suasana disini sudah berbeda, serasa berada di dalam hutan, begitu tenang, demuran ombak tak tersengar, bunyi serangga khas hutan terus memekik di telinga memecah seluruh ketenangan di dalam diri. Sedikit paranoid juga bila berjalan sendirian.

Semakin ke atas, jalanan semakin menanjak. Pembatas jalan yang sebelah kanan pun banyak yang rusak tak terawat bahkan ada yang roboh. Begitu juga dengan pernapasan kita akan terasa engos-engosan dan tidak teratur sebab jalanan menanjak dan jumlah anak tangga masih banyak.

Bila sudah bertemu dengan batu besar yang berada dijalanan kiri kanan maka kita sebentar lagi akan menuju puncak dan makam Siti Nurbaya. Terus mendaki anak tangga hingga sampai dipuncak.

Langkah terakhir dari anak tangga akan mengantarkan kita ke puncak gunung yang bernama Taman Siti Nurbaya. Di taman ini terdapat tempat duduk yang bisa dimanfaatkan untuk berisitirahat sembari mengatur pernafasan setelah berjalan menaiki puncak Gunung Padang.

Perjalanan hingga puncak memang cukup melelahkan penuh dengan keringat dan menguji stamina kita, sebab ratusan anak tangga telah berhasil dilalui. Luar biasa sekali, pemandangan pesisir Kota Padang, Samudera Hindia dan Bukit Barisan akan menyapa. Udaranya begitu segar dan panorama alam ini begitu menyejukan mata kita.

Di taman ini, terdapat dua spot untuk menikmati pemandangan alam, pada spot pertama pemandangan daratan berupa landscape Kota Padang dan bukit barisan dari ketinggian, yang posisinya dekat dengan sebuah pondok yang digunakan masyarakat sekitar untuk berjualan.

Pada spot kedua berupa pemandangan lautan yang biru membentang dengan indah ditambah lagi dari kejauhan terlihat keberadaan Pantai Air Manis dengan dua pulaunya yang bernama Pulau Pisang Ketek dan Pulau Pisang Gadang. Bila cuaca sedang cerah akan terlihat Teluk Bayur dan Teluk Kabung. Posisinya dekat bebatuan besar.

Wajar saja bila Taman Siti Nurbaya sering digunakan oleh pelajar dan mahasiswa   sebagai salah satu tempat untuk mengadakan aktivitas di alam terbuka karena disini begitu banyaknya pepohonan yang rindang, udaranya sejuk dan segar, cukup tenang jauh dari kebisingan, bebas pungli dan lokasinya bersih lagi. Begitu juga saat weekend akan cukup ramai silih berganti mengunjungi kawasan Gunung Padang pada waktu pagi dan sore hari.

Selain itu yang terpenting disini sudah disediakan fasilitas tempat untuk berkumpul dan berdiskusi, berbentuk lingkaran yang terbuat dari batu-batuan yang disusun secara apik, namun sayangnya toliet dan tempat ibadah kurang memadai serta kurangnya tempat sampah di taman ini.

Great Wall nya Kota Padang


Sebenarnya, banyak yang tidak menyadari ternyata perjalanan menuju puncak gunung ini, bila perhatikan dengan seksama layaknya berada di Great Wall Koto Gadang Bukittinggi atau Great Wall asli di Cina. Terutama bila dilihat di atas perahu nampak jelas dinding tembok tersebut di bibir bukit.

Meskipun tidak sepenuhnya tembok pembatas berbahan semen ada juga yang menggunakan besi. Tetap saja selama perjalanan menuju puncak Gunung Padang ini bisa juga disebut Great Wall nya Kota Padang.

Sebagai tempat destinasi pertama dan gerbang utama wisatawan masuk ke Sumatra Barat. Tentutnya, bila dilakukan pembenahan dan dikelola lebih baik lagi, Gunung Padang ini akan menjadi objek wisata favorit dan bernilai tinggi setelah wisata pesisir pantai. Apalagi pemerintah kota memiliki agenda tahunan Festival Siti Nurbaya, sudah seharusnya kawasan Gunung Padang dijadikan pusat lokasi penyelenggaraannya sebagai sarana promosi.

Gunung Padang memiliki daya pikat tersendiri untuk mengajak wisatawan menjelajah di kawasan ini. Rugi rasanya bila datang ke Kota Padang tidak mencoba menikmati sensasi paronama alam dari ketinggian.

Tips:

Bila hendak mengunjungi Gunung Padang ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan pertama kondisi badan harus fit tidak sedang sakit karena selama menaiki gunung akan menuji stamina kita. Kedua disarankan untuk mengisi perut terlebih dahulu dan membawa air mineral sebab di puncak gunung padang hanya ada satu penjual makanan dan minuman yang seadanya. Ketiga selama perjalanan baiknya mengunakan sepatu dan juga harus berhati-hati dengan monyet yang berkeliaran terutama saat dipuncak gunung karena bisa barang-barang bawaan kita karena diambil. Terakhir yang terpenting siapkan kamera untuk mengabadikan setiap momen saat datang ke gunung padang.

Foto-Foto:
Gerbang Baru Tahun 2015.
Gerbang Baru Tahun 2014.
















Tulisan ini dimuat pada Koran Harian Singgalang terbitan Minggu, 12 Oktober 2014.
———————————————————————————————————————————————
Bayu Haryanto – biasa disapa Ubay. Penikmat senja yang bermimpi untuk explore Indonesia dengan tagline #JajahNagariAwak. Pemotret yang suka dipotret. Perngkai kata dalam blog kidalnarsis.blogspot.com. Jejaring sosial Twitter @beyubay dan Instagram @beyubaystory.

Traveling  Explore  Journalism  Photograph  Writer  Share  Inspire

 ©Hak Cipta Bayu Haryanto. Jika mengkopi-paste tulisan dan foto ini di situs, milis, dan situs jaringan sosial harap tampilkan sumber dan link aslinya secara utuh. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment